Kognitif

Menghafal, Kenapa Tidak?

Ada pernyataan seorang pejabat yang mengatakan, bahwa dunia tidak membutuhkan seorang anak yang hanya jago menghafal. Benarkah?

Baiklah kita lihat, perlukah menghafal sesuatu? Saat anak masih dalam kandungan. Dan ibu melakukan stimulasi berupa memperdengarkan sesuatu. Otak akan menyimpan kosa kata dalam bentuk kata-kata. Bukan gambar.

Kata-kata inilah yang akan tersimpan sebagai informasi pertama yang disimpan dalam otak.

Begitu bayi lahir, maka stimulasi ke anak diteruskan. Bayi akan menyimpan kosa kata dalam Otak dalam bentuk kata-kata.

Begitu anak sudah mulai berbicara satu kata, dua kata sampai kalimat pendek. Pada saat itu anak mengkaitkan informasi yang tersimpan dalam otaknya tadi dengan fakta yang dia lihat.

Dan keluarlah kata pertama, kedua, dan kalimat sederhana. Semuanya dalam bentuk hafalan.

Tidak ada tulisan yang dibaca. Semua dilakukan dengan mendengar dan anak menirukan apa yang dia dengar dari orang tuanya, atau orang terdekatnya. Semua dalam bentuk hafalan.

Lantas, ketika anak sudah mulai bisa menyusun kalimat kompleks, maka anak akan menyusun kalimat yang terdiri 4-5 kata. Inipun dengan bentuk hafalan.

Tiada yang melihat teks, apalagi “nyontek.”

Pada saat ini otak anak akan membentuk sambungan-sambungan antar sel saraf. Ketika orang tua rajin melakukan stimulasi, otak akan rimbun sambungan sel sarafnya. Semua itu dengan metode menghafal.

Bahkan ketika anak tidak mampu melampai masa ini. Masa menyimpan kosa kata dalam otak dengan dalam bentuk kata-kata dengan cara menghafal maka anak bisa mengalami speech delay. Lambat bicara.

Begitu anak mengalami speech delay maka pada tahap selanjutnya, anak akan mengalami slow learner atau lambat belajar.

Karena belajar tahap awal anak itu dimulai dengan menghafal.

Jadi target menghafal dalam belajar anak usia dini itu penting sekali. Bahkan keharusan.

Karena targetnya menyimpan informasi pertama dalam otak

Bahkan usia 0-6 tahun, semua pembelajaran anak dilakukan dengan menghafal.

Tidak ada anak usia dini yang mencatat pelajaran ibu gurunya. Semua dengan tehnik menghafal. Mengulang-ulang pembelajaran dengan hafalan.

Inilah tahap pertama sebuah metode pembelajaran. Yaitu menghafal.

Jadi tanpa menghafal anak tidak akan mampu melakukan proses berfikir. Karena proses berfikir dimulai dengan memasukan informasi pertama ke dalam otak. Dan itu dengan proses mengulang-ulang pelajaran alias menghafal.

Bahkan kalau kita telaah lebih jauh anak yang terbiasa menghafal akan mendapatkan ini:
🌸Konsentrasi tinggi.
Karena menghafal berarti mengingat huruf demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat dengan detail. Sehingga melatih anak berkonsentrasi tinggi.
🌸Melatih kecerdasan.
Karena menghafal berarti mengulang-ulang materi. Kemudian berfikir berarti memasukan informasi pertama ke otak. Ketika menghafal benda pertama kali, maka berarti memasukan informasi pertama. Ketika mengulang hafalan berarti mengkaitkan informasi yang tersimpan di Otak.

Ketika berkali-kali mengulang maka berarti anak melatih kecerdasan.

Jadi salah besar ketika bapak pejabat mengabaikan hafalan anak. Karena hafalan adalah pondasi dasar anak membentuk konsentrasi dan kecerdasan.

Masih alergi dengan menghafal? Saya sih tidak!!

Zulfa Alya

Penulis buku Parenting, Homeschooling, buku anak berkebutuhan khusus dan buku anak.
Coach dan trainer parenting.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *