Sosial Emosional

Perkembangan Emosi Anak

Setiap anak akan mengalami perkembangan emosi. Dan perkembangan emosi anak ini biasanya mengikuti perkembangan usia kronologisnya. Atau umurnya.

Kalau perkembangan emosinya tidak sesuai dengan perkembangan usia umurnya berarti ada perkemabangan yang terlambat atau delay.

Perkembangan emosi ini juga terkait dengan lingkungan anak.
Terkait dengan orang-orang terdekatnya.

Apakah terjadi stimulasi yang mengembangkan emosinya ke arah positif. Atau bahkan mengarahkan pada stress atau depresi.

Dari sinilah kita harus mengenal tahapan perkembangan emosi setiap usianya.

1. Perkembangan usia 0-2 tahun.
Pada tahap ini perkembangan emosi anak dimulai dari lahir. Rangsangan yang menyenangkan dari ayah dan ibunya akan menjadi pengalaman yang berharga.

Sehingga membentuk konsep diri anak dan kepercayaan dirinya.

Pengalaman yang baik pada usia ini akan membuat bayi mebentuk konsep diri positif dan percaya diri.

Sebaliknya, pengalaman yang buruk akan membuat pengalaman konsep diri negatif dan percaya diri yang rendah.

Pada fase ini bayi akan banyak belajar mengenal lingkunganya. Menunjukan senyum diusia 3-4 minggu. Usia 8 minggu mulai mengekpresikan emosinya dengan marah, takut, gembira, sedih, menangis.

Usia 12-15 bulan mereka mulai melakukan imitasi terhadap orang-orang yang ada disekelilingnya. Baik cara marah, menangis, sedih, gembira. Mereka meniru orang-orang terdekatnya.

2.Usia 2-3 tahun
Pada usia ini anak sudah mampu memahami aturan sederhana yang diterapkan pada dia.

Meski mungkin berbicaranya belum lancar. Mereka akan menggunakan ekspresi wajah dan tubuhnya untuk mengungkapkan emosinya.

Misalnya marah ,sedih, menangis, dll. Pada saat ini orang tua harus melatih agar anak bisa lancar bicara dan bisa mengungkapkan emosinya secara verbal.

Baik marah, sedih, gembira , dll. Anak dilatih untuk mengungkapkan dengan kata-kata.

3.Usia 4-5 tahun
Pada usia ini anak mulai menunjukan ketertarikan untuk berinteraksi dengan lingkunganya.

Berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. Bermain bersama teman-temanya.

Ketika lingkungan dan teman-temanya memperlakukan dengan baik, maka konsep diri dan kepercayaan dirinya akan tumbuh dengan baik.

Ketrampilan bekerjasama dengan temanya akan semkain kuat. Belajar juga mempengaruhi dan memimpin temanya.

Tapi pengalaman ditolak, dibully oleh temanya juga bisa mengakibatkan rasa percaya dirinya menurun.

4.Usia 5-6 tahun
Emosi anak pada usia ini semakin matang. Anak bisa mengungkapkan apa yang ia rasakan dengan baik.

Baik emosi negatif maupun positif. Anak bisa mengungkapkan rasa sedih, marah, gembira dll.

Bisa menguasai ketrampilan tertentu dengan baik. Ketrampilan misalnya bergaul, pintar menggambar, menghafal akan membuat kepercayaan dirinya meningkat drastis.

Sebaliknya, anak ketika tidak menguasai ketrampilan tertentu akan merasa rendah diri, tidak PD.

5.Usia 7-8 tahun
Pada usia ini maka fokus anak adalah bersifat eksternal. Muncul emosi anak seperti empati pada orang lain.

Seperti sudah bisa membahasakan emosi dengan baik. Mengungkapkan rasa marah, sedih, gembira dll.

Sudah bisa membedakan mana hal yang baik dan buruk. Mana yang berbahaya dan tidak.

Anak sudah bisa mengungkapkan rasa malu, bangga dengan baik.

Orang tua sudah bisa menanamkan kedisiplinan dan keteraturan diusia ini. Sudah bisa melatih dengan program rutin yang teratur dari bangun tidur sampai tidur lagi.

Konsep dirinya sudah mulai kelihatan. Keberaniannya mulai terbentuk.

6.Usia 8-12 tahun
Anak mulai senang bergaul dengan kelompoknya. Mulai sekolah. Beradaptasi dengan berbagai macam tipe manusia.

Melihat berbagai tipe temanya. Yang baik, pintar, pemarah, pemalas, dll.

Mulai terbentuk disiplin. Bila dirumah terbetuk rasa percaya diri yang baik, maka anak akan merasa peracaya dan aman dengan lingkunganya. Siap berkompetisi dan menghadapi berbagai lingkungan yang berbeda-beda.

Tapi bila konsep diri tidak terbentuk dengan baik, maka percaya diri anak rendah. Sehingga akan muncul perasaan pemalu, pemarah, susah bergaul.

Sehingga akan bermasalah dalam berinteraksi dengan oranga lain dan mengontrol emosinya.

Demikian perkembangan emosi anak. Dalam tahapan-tahapan itulah kita perlu menyusun stimulasi emosi yang tepat.

Sehingga emosi anak bisa berkembang baik dan optimal.

Zulfa Alya

Penulis buku Parenting, Homeschooling, buku anak berkebutuhan khusus dan buku anak.
Coach dan trainer parenting.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *