Sosial Emosional

Pola Asuh Yang Salah ( Terinspirasi Kisah Nyata)

Tiba-tiba Yati melemparkan Gelas, piring dan sendok ke badan ibunya.

Piring-piring yang ada dilemari tak bersisa dilempar ke tubuh ibunya karena emosi yang tak terkendali.

Ketika ada yang salah maka Yati mengamuk tak terkendali. Yati pun sering diserang halusinasi yang tidak nyata.

Anaknya merasa dibunuh. Orang membenci dirinya berlebihan. Padahal tidak ada yang membunuh anaknya. Tidak ada yang membenci dirinya.

Dia bahkan mengaku tak bertuhan. Hidupnya terperosok dalam lingkungan LGBT yang menjijikan.

Ditengah masyarakat Yati dijuluki Psikopat.

Kita coba telusuri pola asuh Yati satu persatu.

🌸Masa kecil Yati
🌸Saat ibunya hamil
🌸Perlakuan ayah

🌸Masa kecil Yati
Masa kecil Yati adalah masa kecil penuh kekerasan. Hampir setiap pagi ayahnya melakukan kekerasan kepadanya.

Dipukul, ditendang, diludahi adalah hal yang setiap hari diterima dari ayahnya.

Hal paling membekas pada diri Yati adalah ketika jam 06.30 pagi ayahnya menyeretnya dari kamar mandi dalam keadaan telanjang bulat dan melemparkanya ke tengah halaman.

Saat itu usia Yati masih SD. Padahal suasana pagi, adalah suasana anak sekolah dan pesantren berangkat ke sekolah.

Betapa hancur dan malunya Yati diperlakukan seperti itu.

Harga dirinya sudah hilang tak berbekas karena perlakuan ayahnya.

Inilah yang membuat Yati ketika emosi sering tak terkendali. Perlakuan ayahnya sangat membekas dan menjadi pedoman bagaimana cara mengelola emosi ketika dewasa.

🌸Saat ibunya hamil
Perlakuan keras ayah Yati tidak hanya pada Yati. Tetapi juga pada ibunya. Saat ibu Yati hamil Yati, ayahnya sering memukulinya. Tidak menafkahinya.

Sehingga membuat ibu Yati depressi berkepanjangan. Saat kehamilan Yati inilah depressi ibu Yati menghebat. Sampai berminggu-minggu melamun, tidak mandi dan rambutnya berkutu.

Mempengaruhi Yati yang saat itu masih berupa janin diperut.

Rasa stress yang sangat tersimpan dalam saraf Yati yang masih janin. Menetap sampai dia lahir dan tumbuh menjadi dewasa.

Dikemudian hari ibu Yati terdiagnosa Skizofrenia. Yaitu gangguan kejiawaan jangka panjang yang mengakibatkan sesorang tidak bisa membedakan mana kenyataan dan mana ilusi.

🌸Perlakuan ayah
Ayah Yati yang setiap hari memukulinya, menendang, meludahi tiada henti ternyata juga hasil didikan kakek Yati.

Ayah Yati sering di tendang, dipukul, diludahi oleh kakenya. Jadi ini adalah pola asuh yang menurun.

Dari ketiga pola asuh inilah timbul dua sisi kepribadian. Satu sisi ingin disayangi. Satu sisi ketika marah tidak terkendali.

Memunculkan gejala Psikopat pada diri Yati.

Yaitu suatu gejala seseorang yang tidak memiliki hati nurani dan empati kepada orang lain. Dan sering berbuat kriminal.

Apakah berarti Psikopat adalah seorang yang jahat? Belum tentu.

Dikehidupan nyata, seorang psikopat bisa muncul sebagai sosok yang hangat, pintar berbicara. Pembicaraanya menarik. Walau belum tentu kata yang diucapkannya benar.

Tetapi begitu ada yang menghalangi keinginanya maka emosinya akan segera meluap. Marah tak terkendali, melempar sesuatu, memukul, bahkan membunuh membuat dia terpuaskan.

Terpuaskan karena bisa melukai korban. Melihat korban sakit, itu adalah kepuasaan tersendiri bagi Psikopat.

Di dalam rumah tangga orang-orang Psikopat ini akan sering melakukan kekerasan secara fisik maupun psikis.

Seorang Psikopat juga akan menunjukan rasa tidak empati kepada orang lain. Orang yang sedang dilanda sedih atau menderita tidak akan membuat dia empati.

Juga rasa bertanggung jawabnya rendah. Ketika terjadi sesuatu maka dia cenderung menyalahkan orang lain.

Bagaimana mengatasinya?

🌸Psikoterapi
Orang yang sudah mengalami Psikopat maka harus ada terapi jangka panjang untuk mengatasinya. Psikiater akan menganalisa gejalanya dan membantu seseorang tersebut membuat pemecahan masalah yang dihadapi penderita.

🌸Bantuan obat-obatan.
Yaitu menolong penderita dengan obat-obatan tertentu untuk meredakan ketegangan atau emosinya.

Epilog
Bagi sebuah keluarga, kasih sayang dan kehangatan adalah hal yang sangat berharga. Juga bagi seorang anak.

Kasih sayang dan kehangatan keluarga inilah yang akan membuat jiwa seorang anak penuh dan tentram. Dan tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan bertanggung jawab.

Kekerasan dalam sebuah keluarga hanya akan membuat goresan luka. Dan ketika luka itu berkepanjangan maka memunculkan jiwa-jiwa yang sakit.

Ayo ayah bunda kita benahi pola asuh anak-anak kita sebelum semuanya terlambat.

Merasakan manfaatnya? Like, coment dan share ya.

Zulfa Alya

Penulis buku Parenting, Homeschooling, buku anak berkebutuhan khusus dan buku anak.
Coach dan trainer parenting.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *