Kognitif

Thinking Skill

Menarik membahas materi satu ini. Karena kita tidak akan menyangka.

Pembelajaran apa yang tepat digunakan sebagai media belajarnya. Ya benar. Bahasa Indonesia.

Kenapa bahasa Indonesia yang kita gunakan untuk mengasah ketrampilan berfikir anak? Karena dengan belajar bahasa kita akan meningkatkan level berfikir anak.

Saya teringat beberapa saat lalu. Ketika presentasi dihadapan beberapa pengusaha dan ustadz tentang thingking skill.

Mereka seakan-akan mendapatkan oaese baru tetang konsep pembelajaran untuk putra-putrinya, yang selama ini dicari.

Ya tentang thinking skill.

Bahwa ternyata di dalam Islam punya konsep bagaimana melatih anak berfikir benar, berfikir sungguh-sungguh, berfikir cepat, berfikir mendalam dan berfikir cemerlang. Itulah thingking skill.

Konsep ini juga yang membuat generasi Islam terdahulu melahirkan ribuan Mujtahid dengan kecemerlangan berfikirnya.

Konsep ini juga yang melahirkan para ilmuwan-ilmuwan muslim yang multi talents. Menguasai beberapa ilmu dalam saat bersamaan.

Dan hal tersebut dimulai dengan belajar bahasa.

Tengoklah ketika kita belajar Ushul Fiqh. Bagaimana metode menarik hukum di dalam Islam. Salah satu bab yang wajib dipelajari di dalam Ushul Fiqh adalah bahasa dan sastra ( balaghah).

Kenapa seperti itu? Karena Allah menurunkan wahyu melalui kalamnya. Perkataanya, bahasa. Maka kita akan bergulat di dalam Ushul Fiqh belajar tentang makna umum ( ‘am), khusus ( khas), majaz, khitab ( seruan) dll.

Semakin kita mendalami sebuah pemikiran maka bahasa yang harus kita gunakan juga harus semakin dalam, rinci dan detail.

Oleh karena itu thingking skill pada anak harus mulai dilatih dengan bahasa ibu. Bahasa Indonesia.

Bagaimana anak kita latih melihat fakta dan dikaitkan dengan solusi Islam.

Anak kita latih untuk mulai berfikir benar, sungguh-sungguh, berfikir cepat, berfikir mendalam dan cemerlang.

Dengan thingking skill ini anak akan mempunyai bahasa yang ahsan (baik), dan bahasa berpengaruh.

Sehingga anak siap masuk menghadapi berbagai macam kondisi kehidupan.

Apakah kondisi baik atau buruk.

Dan siap merubah kondisi buruk menjadi kondisi yang baik.

Itulah dasyatnya thinking skill. Yang sudah mulai hilang dan dilupakan saat ini dalam metode pembelajaran anak-anak kaum muslimin.

Bunda siap mewujudkanya kembali pada anak-anak kita?

Zulfa Alya

Penulis buku Parenting, Homeschooling, buku anak berkebutuhan khusus dan buku anak.
Coach dan trainer parenting.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *